Istilah Tepo Seliro berasal dari bahasa jawa yang apabila diserap dalam bahasa indonesia memiliki kata “Tenggang Rasa.”
Masyarakat
jawa dikenal dengan sikap Tepo Seliro yang tinggi antar sesama manusia.
Sikap tenggang rasa menjadi dasar kehidupan harmonis dan rukun sehari-hari, baik dalam kehidupan berumah tangga, sosial, lingkungan kerja, maupun dalam lingkup bernegara.
Perbedaan menjadi sesuatu yang sudah pasti ada, perbedaan dalam bentuk cara pandang, pola pikir, adat dan budaya, sifat, maupun agama. Lingkup perbedaan yang begitu besar kita temui sehari – hari.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak budaya dan suku.
Karenanya, sikap tenggang rasa amat perlu dimaknai sebagai kearifan lokal yang perlu dilestarikan dan diturunkan dari generasi ke generasi.
Dengan terpupuknya sikap tenggang rasa akan memunculkan kehidupan yang harmonis antar sesama.
Dewasa ini, Tepo Seliro (tenggang rasa) mulai sedikit luntur. Hal ini disebabkan arus modernisasi ditengah perkembangan teknologi yang begitu pesat.
Banyak anak muda yang memiliki tingkah laku kurang sopan dengan orang lain atau bahkan dengan orang yang lebih tua.
Umumnya, kebanyakan orang melabeli para Generasi Z sebagai generasi yang kurang memiliki sifat Tepo Seliro.
Hal yang mendasari hal demikian adalah karena para Generasi Z tumbuh ditengah perkembangan teknologi dan arus modernisasi yang begitu pesat.
Cara Memaknai Tepo Seliro
Seperti yang dijelaskan diatas, tepo seliro merupakan istilah jawa yang memiliki arti sebagai sikap tenggang rasa.
Masyarakat jawa dikenal sebagai masyarakat yang memiliki sopan santun tinggi kepada orang lain.
Hal yang mendasari sikap demikian adalah tepo seliro yang menjadi kearifan masyarakat jawa sesungguhnya.
Tergerusnya sikap tepo seliro atau tenggang rasa menjadi sebuah tantangan baru yang perlu diatasi untuk tetap menjaga keharmonisan dalam kehidupan sehari – hari.
Setiap individu maupun kelompok perlu menanamkan sikap tepo seliro atau tenggang rasa untuk membentuk sebuah atmosfer positif dan harmonis antar sesama.
Tepo Seliro dapat dijadikan sebagai penyaring dari arus modernisasi yang masuk. Karena pada kenyataannya tidak semua style modernisasi dapat kita ambil sepenuhnya apabila kita tidak ingin kehilangan jati diri kita.
Sikap tepo seliro atau tenggang rasa juga mengajarkan kita untuk pandai dan bijak dalam bersosial maupun bernegara. Termasuk memikirkan dampak yang akan terjadi sebelum kita berucap ataupun bertindak.
Seseorang akan mampu bersikap tepo seliro apabila seseorang itu menyadari dan memahami hak-hak dirinya dan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun beberapa contoh sikap tepo seliro dalam kehidupan sehari – hari adalah sebagai berikut :
- Menghargai perbedaan pendapat, perbedaan pendapat merupakan hal yang wajar terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Mampu menghargai perbedaan pendapat menjadi hal dasar untuk dapat menjaga kerukunan dan keharmonisan.
- Menumpuhkan rasa empati, empati merupakan sebuah kemampan seseorang dalam memahami perasaan orang lain. Menumbuhkan rasa empati dapat menjadikan seseorang cenderung lebih peduli kepada orang lain tanpa memandang suku, ras, maupun agama. ·
- Menurunkan ego, hal ini dapat dilakukan ketika kita mampu untuk mencoba mengerti bahwa kita hidup ditengah perbedaan dan perubahan. Bahkan, sesuatu yang tidak akan pernah berubah adalah perubahan itu sendiri. ·
- Berani mengakui kesalahan dan berani meminta maaf. ·
- Menghindari hal – hal yang berpotensi mengganggu kenyamanan orang lain. ·
- Tolong menolong antar sesama. ·
- Menjaga ucapan agar tidak menyakiti orang lain. ·
- Menghargai dan menghormati orang lain, terutama orang yang sudah sepuh (lanjut usia).
Apabila kita semua mampu untuk menerapkan sikap tepo seliro dengan baik, maka keharmonisan dalam kehidupan sehari – hari senantiasa akan selalu kita temui. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para readers semua.
Komentar
Posting Komentar